Scroll untuk membaca artikel
Minggu, 04 Desember 2022 | 20:32 WIB

Tol Probowangi Antitesis Pemerintah untuk Solusi Macet di Wilayah Tapal Kuda

Anik AS
Tol Probowangi Antitesis Pemerintah untuk Solusi Macet di Wilayah Tapal Kuda
Ilustrasi Jalur Tol. ((Foto. Pexels.com - Martin Dusek))

PURWOKERTO.SUARA.COM - Baru-baru ini pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia mengumumkan jika Tol Probolinggo - Banyuwangi terusan dari Tol Trans Jawa belum akan rampung sepenuhnya pada 2024 mendatang.

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) merilis pada awal tahun 2019 lalu, jika Tol Probowangi sepanjang 172,90 KM itu akan menghubungkan Probolinggo dan Banyuwangi sisi utara. Master plan-nya titik pintu tol wilayah Banyuwangi akan berada di sisi utara di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro dekat dengan pelabuhan penyebrangan menuju Bali.

Data terbaru, proyeksikan pengerjaan sebelum tahun 2024 baru bisa sampai di Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo yang bisa dirampungkan. Sedangkan dari Kecamatan Besuki, Situbondo menuju ke Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi belum diketahui kapan akan selesainya.

Proyek pembangunan jalur ini sebenarnya antitesis dari cara pemerintah untuk mengejar proyek tol Trans Jawa dari ujung barat hingga timur Jawa. Jika Herman Willem Daendels Gubernur-Jenderal Hindia Belanda pada masanya mampu membangun Anyer sampai Panarukan.

Baca Juga:Kronologi Bus Pariwisata Masuk Jurang Sarangan Magetan, 7 Orang Tewas

Tampaknya pemerintah cukup ambisius ingin memecahkan rekor tersebut dengan menambah panjang jalur sampai wilayah Ketapang Banyuwangi.

Lalu apakah benar proyek ini menjadi solusi bagi masyarakat seperti pada umumnya tol yang ada di Indonesia. Ataukah proyek ini hanya gairah pemerintah saja untuk menandingi Daendels, alih-alih untuk kepentingan rakyat. Berikut tiga fakta dari proyek tersebut.

1. Bukan Solusi Kemacetan

Seperti pembangunan jalan pada umumnya, Tol Probowangi sejak awal digadang-gadang untuk mengatasi kemacetan jalur Probolinggo menuju Banyuwangi via Lumajang dan Jember. Hingga pada awal tahun 2018 saat BPJT merilis master plan jalur yang akan di lalu tol ini, harapan masyarakat untuk solusi kemacetan pupus sudah.

Sebab pemilihan jalur yang menggunakan sisi utara Situbondo dirasa hanya akan mengakomodir pengguna jalan yang akan menuju ke Bali saja. Sedangkan tanpa tol pun ruas jalan Nasional Probolinggo arah Situbondo tidak pernah mengalami kemacetan selama tidak terjadi kendala yang insidental.

Baca Juga:Fakta Menarik Sebelum Laga Prancis Kontra Polandia di 16 Besar Piala Dunia 2022

Padahal permasalahan kemacetan yang ada di jalur menuju Banyuwangi ialah kawasan Lumajang dimana setiap malam di Pasar Gedangan Kecamata Ranuyoso Lumajang selalu macet tanpa harus menunggu insidental. Belum lagi jalur Gunung Gumitir wilayah batas Jember dan Banyuwangi yang rasio kemacetannya lebih sering dari pada kelancarannya.

2.  Lewat Kawasan Hutan Lindung

Banyak kalangan yang hingga saat ini tidak setuju dengan master plan jalur Tol Probowangi yang melintas di wilayah Situbondo. Bukan tanpa alasan hal itu muncul, sebab kawasan konservasi Hutan Lindung di Taman Nasional Hutan Baluran yang notabene menjadi yang tertua di Indonesia akan digunakan untuk lintasan jalur ini.

Fyi, TN Hutan Baluran ini merupakan tempat perlindungan habitat satwa ikonik mulai Banteng (Bos javanicus), Rusa Timor (Rusa timorensis), Kijang (Munticus muntjak), Macan Tutul (Panthera pardus), Anjing Hutan (Cuon alpines), Trenggiling (Manis javanica), Merak Hijau (Pavo muticus) dan Ayam Hutan-hijau (Gallus gallus).

Beberapa ahli satwa menyebut  dari hasil penelitian mengenai pergerakan endangered specied di TN Baluran dengan melakukan mitigasi risiko. Beragam potensi yang berimplikasi merusak kawasan hutan lindung dan aneka satwanya berpotensi terjadi. Baik yang terjadi saat proses pembangunan jalan tol, maupun saat operasionalnya ketika jalur sudah diresmikan.

3. Tempat Latihan Tempur Marinir

Jalan Tol Probowangi terbagi menjadi tiga seksi. Seksi 1 Probolinggo-Besuki (29,6 kilometer), Seksi 2 Besuki-Bajulmati (110,875 kilometer), dan Seksi 3 Bajulmati-Ketapang (31,041 kilometer). Tiga seksi jalur yang akan dibuat oleh BPJT itu tidak hanya akan melewati kawasan hutan lindung saja namun juga Pusat Latihan Pertempuran Marinir (Puslatpurmar) 5 Situbondo.

Sepengalaman penulis yang pernah melintas di wilayah Situbondo, kawasan ini memang terlarang untuk umum. Sebab tidak jarang lokasi ini digunakan untuk melaksanakan latihan tempur Kerja Sama Infanteri Tank  (KSIT) yang ada di Provinsi Jawa Timur.

Di medan latihan pertempuran ini, KSIT biasanya melatih sebuah taktik tempur yang dimiliki oleh Korps Marinir TNI AL dengan kesenjataan masing-masing. Sehingga jika tetap dipaksakan melintas diwilayah ini, tentu akan riskan.***

Berita Terkait

Tag

terpopuler

Lifestyle

Terkini

Loading...
Load More
Ikuti Kami

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda