PURWOKERTO.SUARA.COM – Memasuki musim penghujan di penghujung tahun 2022 membuat kondisi tubuh rentan sakit lantaran berbagai hal. Ini tentu harus disikapi serius lantaran cuaca yang terjadi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Hujan yang mengguyur dengan intensitas tinggi apalagi jika disertai potensi angina kencang dan bahaya lainnya.
Tentu bagi kalian yang sering beraktifitas di luar rumah, cuaca semacam ini bisa menjadi ancaman yang bisa menurunkan ketahanan tubuh. Ada berbagai ancaman mengenai sejumlah penyakit yang perlu diwaspadai di musim hujan. Antara lain, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berupa batuk, pilek, influenza, dan bronkitis.
Dokter Debora Aloina Ita Tarigan Medical Underwriter Sequis mengingatkan kita untuk lebih hati-hati dan mawas diri. Selain penyakit di atas, ada juga penyakit yang disebabkan infeksi virus dari nyamuk Aedes Aegypti, yaitu penyakit Zika (Zika disease), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Chikungunya. Sedangkan daerah yang banyak sampah dan terkena banjir, berisiko menyebabkan penyakit seperti patogen (bakteri, parasit, jamur).
“Kalau sampah mengontaminasi bahan makanan, makanan siap saji, atau air, maka ketika dikonsumsi dapat menghancurkan sel-sel tertentu pada tubuh dan menyebabkan penyakit demam tifoid, kolera, dan disentri juga hepatitis,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya dilansir Antara.
Baca Juga:Polisi Pastikan Sosok Mayat di Sungai Kulon Progo Merupakan Mahasiswa Asal Banyumas
Perubahan cuaca yang cukup ekstrem waktu musim hujan, sambung Debora, dapat menyebabkan suhu udara relatif lebih dingin. Sehingga, tubuh manusia yang sensitif berusaha keras menyesuaikan dengan temperatur, serta dapat mempengaruhi daya tahan tubuh. Itu yang membuat saat musim pancaroba seringkali orang menjadi sakit karena imunitas tubuh terganggu.
“Penyakit lainnya yang patut diwaspadai saat musim hujan yakni penyakit paru-paru basah. Kalau udara terlalu dingin, ruangan kurang mendapatkan cahaya matahari, dan sirkulasi/pertukaran udara kurang maka menyebabkannya menjadi lembap,” paparnya.
Seseorang yang terkena penyakit paru-paru basah bisa terdeteksi dengan pemeriksaan ke dokter spesialis paru. Caranya, melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan dahak, darah, x-ray paru, atau CT (Computer Tomography) untuk mendeteksi beberapa masalah paru.
“Jika ditemukan cairan menumpuk, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah terjadi peradangan sel kanker atau infeksi melalui USG dada Ultrasound,” kata Debora.
Paru-paru basah yang tidak berat kemungkinan bisa sembuh dengan cepat. Sebaliknya, kalau sudah terinfeksi paru-paru basah tapi dibiarkan atau tidak diobati secara medis, maka penyakit dapat berkembang lebih berat dan serius. Pasien kerap membutuhkan bantuan ventilator pada perawatan Intensive Care Unit (ICU).
Baca Juga:Polisi Bongkar Dua Makam Korban Tragedi Kanjuruhan, Ada Apa?
Pemasangan alat bantu pernapasan dilakukan karena salah satu gejala paru-paru basah adalah kesulitan bernapas atau sesak napas. Pada beberapa orang kondisi tersebut bisa membahayakan jiwa.
“Orang yang mengalami gejala paru-paru basah antara lain batuk kering dan demam, sulit bernafas saat berbaring, nyeri dada hingga terasa sesak nafas dalam jangka waktu yang panjang atau berulang. Makanya, jangan sampai kita abai, menebak-nebak, atau berusaha menyembuhkan sendiri. Semakin cepat dikenali, maka semakin cepat ditangani dokter dan mengurangi risiko penyakit semakin parah,” saran dia.
Debora menambahkan, setiap orang wajib memperhatikan kebersihan dalam rumah, memastikan kamar tidur memiliki ventilasi yang baik, disiplin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih serta menggunakan masker di lingkungan berpolusi atau bila dekat dengan orang yang sedang flu dan batuk.
“Sebaiknya orang-orang dapat membentengi diri dengan vaksin influenza dan vaksin pneumonia (vaksin PCV) karena virus penyakit itu bekerja dengan cara menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan pneumonia.*(ANIK AS)