PURWOKERTO.SUARA.COM, Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana, MARS meminta Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kelompok terbang (kloter) menekankan tiga hal penting menjelang Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna), yakni mengawal ketat 30 jamaah haji risiko tinggi (risti), skrining kesehatan ketat, serta gerakan minum bersama dan makan tiga butir kurma.
Menurut dr. Budi, ketiga pesan ini harus menjadi pedoman bagi semua TKH sebagai bentuk ikhtiar dalam mencapai target mengurangi angka kesakitan dan kematian jemaah haji di tahun ini.
''Ingat misi kita, bahwa angka kematian harus dibawah satu per mil. Saya tidak akan gunakan angka absolut. Kurang dari satu per mil,'' tegas dr. Budi.
Untuk itu, dr. Budi menekankan ketiga pesan ini harus betul-betul dilaksanakan oleh semua petugas kesehatan, khususnya para Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kloter.
Baca Juga:Truk Tabrak Pohon di Prembun Kebumen, 1 Orang Tewas
Pengawalan ketat ini dilakukan dengan memastikan 30 jamaah risti dimaksud berada satu tenda dengan para TKH Kloter. Sehingga TKH dapat memantau secara intensif terhadap kepatuhan jamaah dalam mengkonsumsi obat rutin secara teratur. TKH juga dapat memastikan jamaah haji risti tidak melakukan aktivitas yang terlalu banyak di luar tenda. Jikapun keluar tenda, jamaah harus dipastikan berbekal Alat Pelindung Diri yang lengkap, seperti payung, kacamata hitam, dan alat semprot wajah.
Budi mengatakan, sampai saat ini belum ada informasi 30 jamaah haji yang masuk kelompok risti meninggal dunia. Itulah pentingnya kenapa TKH harus terus mengawal ketat jamaah haji risti selama di Arab Saudi.
Menurutnya, pemantauan ketat 30 jamaah haji risti akan memudahkan pada tenaga kesehatan kloter untuk melakukan monitoring dan kontroling terhadap kondisi jamaah. Harapannya, jamaah haji akan tetap terjaga kondisinya sampai kembali ke tanah air nanti.
Petugas kesehatan diminta juga untuk memperketat skrining kesehatan kepada jamaah menjelang Armuzna. Hal ini untuk menentukan siapa saja jamaah haji yang akan disafari wukufkan dan badal melontar jumrah.
''Jadi tolong jamaah yang dinilai tidak laik kesehatannya untuk melakukan Armuzna secara mandiri, disafari wukufkan untuk arafahnya, sementara untuk lempar jamaratnya dibadalkan,'' katanya.
Baca Juga:Resep Udang Bakar Madu Khas Resto Sunda Ala Chef Devina Hermawan, Cukup 10 Menit
Budi yakin, jika hal ini dilakukan, angka kematian pada jamaah haji bisa ditekan. Untuk itu penting setiap dokter kloter mendata siapa saja jamaah haji yang perlu safari wukuf dan badal melontar jumroh.
Hal lain yang perlu diperhatikan TKH adalah, jangan sampai jamaah haji kekurangan cairan di tengah suhu ekstrim. Untuk itu akan dilakukan gerakan minum bersama dan gerakan makan kurma tiga butir antara petugas dan jamaah.
''Ajak mereka minum bersama untuk menjaga stamina mereka. Kita juga ajak makan kurma bersama,'' katanya.
Untuk itu, dia hanya menyarankan agar jemaah haji minum air putih dan makan tiga butir kurma setiap harinya. Setidaknya setiap satu jam sekali, jamaah dapat didorong untuk minum sebanyak 200 ml air.
Namun, khusus bagi jamaah yang memiliki penyakit kronis seperti jantung dan gagal ginjal, harus dikonsultasikan dulu dengan dokter spesialis, asupan cairan yang dibutuhkan. Hal ini penting untuk memastikan intake cairan yang harus dikonsumsi tidak malah membahayakan nyawa jamaah tersebut.
''Tentu minum air disesuaikan pada jemaah yang kita ketahui punya penyakit jantung dan ginjal tentunya tidak sama ya,'' katanya.