PURWOKERTO.SUARA.COM, MAGELANG- Nama sebuah candi di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang unik. Tempat pemujaan itu diberi nama Candi Asu.
Terletak pada Koordinat : 7°32′00″LS 110°21′00″BT atau sekitar 25 Km dari Candi Borobudur ke arah timur laut, dikutip dari portal Perpusnas, Candi Asu merupakan candi peninggalan zaman kerajaan Mataram Kuno dari trah Wangsa Sanjaya (Mataram Hindu).
Candi ini berada di lereng Gunung Merapi sebelah barat di tepian Sungai Tlingsing Pabelan.
Tentu saja, nama Asu diberikan bukan oleh pendiri atau masyarakat yang membangun tempat pemujaan itu dulunya.
Baca Juga:Minta Doa Rakyat Indonesia, Jokowi Bakal ke Rusia Temui Putin dan Zelensky di Ukraina
Nama Asu diberikan oleh masyarakat sekitar sewaktu candi ini sudah ditemukan.
Adapun nama yang asli sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Konon, nama Candi Asu diberikan karena ketika pertama kali ditemukan, ada sebuah patung Lembu Nandhi yang wujudnya telah rusak dan lebih mirip menyerupai Asu (Anjing).
Adapun Sengi merupakan nama Desa dimana candi tersebut berada. Sehingga warga menyebutnya dengan Candi Asu Sengi.
Badan candi terdapat relief hiasan flora di empat sisi dinding candi. Juga terdapat relief Kinara-Kinari (burung) sebagai hiasan plisir yang mengitari dinding candi.
Baca Juga:Wacana Duet Ganjar Pranowo-Puan Maharani pada Pilpres 2024, Mungkinkah?
Relief Kinara-Kinari ini sebenarnya banyak terukir di candi-candi lain peninggalan Mataram Kuno di Jawa Tengah, seperti di Candi Plaosan, Ratu Boko, dan Candi Ijo.
Candi Asu Sengi merupakan candi sepotong yang hilang bagian atapnya. Bangunan itu berdiri menghadap ke arah barat, berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter kali 7,94 meter.
Tinggi kaki candi setinggi 2,5 meter, tinggi tubuh candi setinggi 3,35 meter, tapi tinggi sesungguhnya candi tidak diketahui secara pasti karena bagian atap candi telah hilang.
Meski atap candi saat ini sudah tidak ada, dimungkinkan atap candi berbentuk kubah dengan melihat potongan batu yang jika dibentuk akan menyerupai kubah.
Di bagian dalam candi terdapat patung sapi atau nandhi. Juga ada sumur berbentuk kotak yang kedalamannya mencapai 3 meter dengan lebar berukuran 1,3 meter kali 1,3 meter.
Fungsi sumur belum diketahui secara pasti, meski di dinding sumur masih terlihat jelas bekas ketinggian debit air.
Dari beberapa prasasti yang ditemukan di sekitar candi tersebut, dapat diindentifikasi di antaranya Prasasti Sri Manggala I (angka tahun 874 M) dan Sri Manggala II (angka tahun 876 M) serta Prasasti Kurambitan.
Dari catatan pada prasasti tersebut dapat diperkirakan candi ini dibangun pada sekitar tahun 869 Masehi (semasa Rakai Kayuwangi dari Wangsa Sanjaya berkuasa). Dalam prasasti-prasasti tersebut juga disebutkan, Candi Asu Sengi merupakan tempat suci untuk melakukan pemujaan, baik pemujaan kepada arwah leluhur maupun para arwah raja-raja serta dewa-dewa.